12 November 2010

SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH

PENURUNAN KADAR BESI (FE) PADA AIR SUMUR MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR (Study Kasus Dukuh Siwarak Kelurahan Kandri Kec. Gunung Pati Kota Semarang)

Abstraksi

Masalah yang sering timbul pada air tanah adalah kandungan Fe, Mn, Mg dan sebagainya masih cukup tinggi atau melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan. Air sumur yang berlokasi di Dukuh Siwarak, Kelurahan Kandri, Kec. Gunung Pati Kota Semarang, kandungan Fe nya masih melebihi batas maksimum yang diperbolehkan yaitu sebesar 1,6 mg/l, padahal batas maksimum yang diperbolehkan oleh Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 untuk kandungan Fe dalam air bersih tidak lebih dari 1 mg/l. Penelitian bertujuan untuk menurunkan kandungan Fe yang ada dalam air baku dengan proses aerasi menggunakan Bubble Aerator, sehingga akan memenuhi batas maksimum untuk parameter Fe yang diperbolehkan, serta untuk mengetahui lama waktu injeksi udara yang efektif dan persentase (%) penurunan Fe dari pengolahan dengan variasi waktu.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan bak aerasi dari plastik, suplay injeksi udara dilakukan dengan Air Pump dengan aerator size 5 w, dengan variasi lama waktu injeksi udara mulai dari 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Kemudian untuk penyadapan sampel dilakukan 3 kali untuk tiap-tiap perlakuan pengolahan dengan Bubble Aerator yang selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk diketahui penurunan dari masing-masing perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase (%) penurunan Fe dalam air dengan diberi perlakuan dengan Bubble Aerator tergantung pada lama waktu injeksi udara, lama waktu efektif yang mampu menurunkan kandungan Fe di bawah ambang batas dalam Buuble Aerator adalah 20 menit, Persentase (%) penurunan Fe dengan Bubble Aerator untuk lama waktu injeksi udara yang efektif sebesar 44,8 %, sehingga semakin lama waktu injeksi maka akan semakin besar penurunan kandungan Fe dalam air baku. Perlunya adanya penambahan unit pengolahan seperti saringan pasir lambat untuk lebih memperbesar persentase (%) penurunan kandungan Fe dalam air baku.

Sumur dan Sumber Air di Tulungagung Tercemar
Senin, 30 Juli 2007 | 13:47 WIB

TEMPO Interaktif, Tulungagung:Sebanyak 66.037 sumur dan sumber air di seluruh Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, disinyalir tercemar bakteri E-coli yang merupakan penyebab penyakit diare dan muntaber. Tercemarnya ribuan sumur itu disebabkan kondisi sumur dan sumber air yang tidak sesuai standar kesehatan.

"Berdasarkan data yang kami kumpulkan dari 28 puskesmas di seluruh Tulungagung, sebanyak 66.037 sumur dan sumber air bersih rawan tercemar. Jumlah itu 33,20 persen dari total jumlah sumur dan sumber air di Kabupaten Tulungagung sebanyak 243.709," kata Gatot Purwanto, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Senin (30/7).

Menurut Gatot, kondisi sumur itu dinilai tidak sesuai standar kesehatan karena posisinya terletak sangat dekat dengan limbah pembuangan (septic tank). Selain itu cara membangunnya dilakukan dengan alakadarnya, tidak dirancang dengan menggunakan pengaman beton untuk mengamankan rembesan air kotor.

Sumur tidak boleh dekat dengan WC, toilet atau kamar mandi agar air tidak terkontaminasi.
Jika tanah di sekitarnya tanah liat, minimal berjarak 5 meter. Sedangkan jika tanah berpasir jaraknya 7,5 meter," kata Gatot.

Mengenai konstruksi sumur yang sesuai standar, harus dibuat dinding tembok bagian atas dalam jarak 3 meter
dari permukaan tanah agar tidak terjadi rembesan air. Selain itu bagian atas sumur ditutup dan diberi kaporit yang
" berfungsi sebagai desinfektan dengan takaran dosis 1 gram per 100 liter.

http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2007/07/30/brk,20070730-104613,id.html

Kebersihan:Air Sumur Tercemar Bakteri


YOGYAKARTA (Ant/Lampost): Tingkat pencemaran bakteri Escherichia coli (E. coli) pada air sumur di Kota Yogyakarta cukup tinggi karena masih banyak warga yang tidak memanfaatkan saluran instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk membuang limbah rumah tangga.

"Rendahnya pemanfaatan saluran IPAL dan jarak septic tank dengan sumur yang terlalu dekat menyebabkan sebagian besar sumber air (sumur dangkal) di Kota Yogyakarta tercemar bakteri E. coli," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dr. Choirul Anwar, Minggu (30-3).

Menurut dia, hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta pada 2007, diketahui 90 persen air sumur rumah tangga tercemar bakteri e-coli.

"Selain itu dari 19.714 sumur yang diteliti ternyata 49,51 persen sumur airnya mengandung zat berbahaya," kata dia.

Ia mengatakan sempitnya lahan hunian di Kota Yogyakarta mengakibatkan jarak septic tank dengan sumur tidak ideal. "Idealnya jarak septic tank dengan sumur 10 meter. Namun, karena kondisi perumahan di Kota Yogyakarta cukup padat, jarak ideal tersebut tidak bisa terpenuhi," kata dr. Choirul.

Tingginya tingkat pencemaran air sumur baik oleh bakteri E. coli maupun zat berbahaya sangat membahayakan kesehatan warga karena dapat menimbulkan wabah diare.

"Untuk meminimalkan risiko, air sumur harus dimasak lebih dahulu hingga mendidih dan dibiarkan selama 10 menit dalam keadaan api tetap menyala. Upaya ini dapat mematikan bakteri E. coli," kata dia.

Kepala Bidang Pengelolaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Ika Rostika mengatakan tercemarnya air sumur warga juga disebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menggunakan saluran IPAL komunal.

"Dua saluran jaringan IPAL yang berakhir di Sewon, Kabupaten Bantul, sebenarnya mampu menampung 21 ribu wajib retribusi, tetapi hingga kini baru 10.085 keluarga yang memakai saluran tersebut," ujarnya.

IPAL komunal dapat untuk mengolah limbah domestik rumah tangga dan bisa meminimalkan pencemaran air tanah. N-1

Sampah yang dibuang dekat sumur bepotensi terhadap pencemaran air sumur Kondisi parit/selokan yang tidak baik tadi juga berpotensi terhadap pencemaran air sumur yaitu melalui rembesan air parit/selokan kedalam sumur. 5. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air Langkah sederhana yang harus dilakukan guna mencegah terjadinya pencemaran air dalam sumur yaitu: - Mengubah Manajemen Persampahan Menyediakan tempat pembuangan sampah yaitu untuk sampah organik dan sampah anorganik. Sampah tersebut kemudian dibawa dan dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Lebih bagus lagi apabila langsung dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). - Melakukan kegiatan gotong royong Gotong royong yang dilakukan secara berkala terutama dalam membersihan selokan/parit merupakan langkah yang sangat sederhana dalam mencegah terjadinya pencemaran air. 6. Langkah-langkah pemulihan air yang telah tercemar Langkah pemulihan air yang tercemar yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut : - Dikarenakan air telah tercemar oleh bencana alam tsunami, maka diperlukan uji laboratorium agar mengetahui kandungan air tersebut. - Cara sederhana yaitu dengan menambahkan (memasukkan) tawas kedalam air. Tawas yang berfungsi sebagai koagulant dapat menjadikan air menjadi jernih yaitu dengan jalan mengendapkan padatan terlarut dalam air membentuk gumpalan-gumpalan. - Untuk menghilangkan kuman atau bakteri dalam air, dapat kita gunakan kaporit dengan perlakuan sama dengan tawas yaitu dengan mencampurkannya kedalam air.

Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

http://teknik-lingkungan-usm.blogspot.com/2009/05/pencemaran-air-di-banda-aceh.html

SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH

Sistem pengolahan air bersih dengan sumber air baku sungai, tanah dan air pegunungan, dengan skala atau standar air minum, memerlukan beberapa proses. Mengenai proses yang perlu diterapkan tergantung dari kualitas air baku tersebut. Proses yang diterapkan dalam sistem pengolahan air bersih antara lain:

1. Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan sebagai tolak ukur dari debit air bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan dengan kebutuhan (debit air) yang mana ukuran bak 2 kali dari kebutuhan

2. Proses oksidasi atau penambahan oksigen ke dalam air agar kadar-kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa perlakuan yang bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi (dengan menggunakan alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan katalisator bahan kimia untuk mempercepat proses terurainya kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya (dengan menggunakan clorine, kaporite, kapur dll

3. Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti bahan koagulan (Hipoklorite/PAC) dengan rumus kimia juga proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknik lamela plate

4. Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran – kotoran yang masih terkandung dalam air dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile) dan rasa serta aroma air. Biasanya proses ini menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik debit maupun kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll)

5. Proses terakhir adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan bakteri lainnya yang tujuannya mengurangi patogen yang ada, proses ini menggunakan proses chlorinator atau sterilisasi dengan menggunakan kaporit

http://zeofilt.wordpress.com/2008/01/31/sistem-pengolahan-air-bersih/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar